“Setitik harapan
kecil musnah sudah, kenyataan
mengahantam kepala, merobek-robek jantung dan menguras darah dari tubuhnya,
menangis dengan terisak-isak tau bahwa kenyataan itu telah menyapanya seketika
itu pula tangisan itu menutupi wajahnya dan membuyarkan matanya, hidup memang
haru dihadapi. Tapi kenapa hidup begitu perih menyisak hati bahkan nafas begitu
saja tak terasa.”
“Rasanya jatuh bahkan
ingin rasanya membiarkan diri ini jatuh jatuh dan terus jatuh, jatuh kedalam
sungai yang airnya begitu dingin. Dan lalu tubuh ini akan membeku. Dan rasa
sakit ini juga akan membeku, hingga rasa ini takan terasa sakit lagi. Dan tuhan
tolonglah aku, ambilah rasa sakit ini dariku…..”
“Rasa ini harus
dicegah, tapi kenyataan tidak bisa mencegah rasa yang menghujam dada ini.
Membuat hati perih sampai membuat menangis"
"Ya tuhan, siapa
diriku ini, aku tidak boleh cemburu. Tidak boleh!”
“Menjalani hari
senormal mungkin, orang itu selalu muncul dalam pikiran ini tanpa bisa dicegah,
hanya bisa berusaha tidak sedih dan mengangis lagi. Seandainya masih ada harapan sekecil apapun untuk mengubah kenyataan,
diri ini akan menggantungkan hidupnya pada harapan itu”
“Berharap suatu hari nanti
bisa bertemu dengannya lagi, entah bagaimana perasaan ini nanti, tapi diri ini selalu yakin. Walaupun
nanti hati ini akan sakit, dan walaupun diri ini akan mengangis, tapi setidaknya
bertemu dengannya dan melihatnya itu membuat hati lega”
“Ketika masa
pengharapan itu dirasa telah cukup dan berkata lelah, kenyataannya jika hati ini bisa berbicara dia akan berucap hati ini
masih kuat dan selalu setia menunggu harapan itu menjadi nyata walaupun bagaimana
itu sakitnya dia akan terus menunggu. Membiarkan diri ini menangis dengan
keras. Mengangisi diriinya, menangisi dia, menangisi nasib, menangisi
kenyataan. Menangis sampai kehabisan napas dan kelelahan. Dan saat itu pula air
mata ini tidak mau berenti mengalir.”
“Entah kenapa menjadi
orang paling egois, dengan mengharapkan perasaan orang itu untuk suka pada diri
ini.”
“STOP!! Itu kata yang
selalu membuat diri ini sadar bahwa dia tidak akan dekat dengan diri ini lagi,
sesak memang bila memikirkan semua ini. Terasa tidak ada harapan bahkan harapan
sekecil butiran pasir yang akan diberikan pada diri ini lagi.”
“Menghadapi
kenyataan, menyadari semua takan kembali seperti di awal, memang membuat mata
ini berkaca-kaca menahan agar tak ada lagi air mata.”
“Benci untuk
merasakan ini.”
“Apa yang harus
dilakukan diri ini?”
“Jatuh cinta, kata jatuh dalam kalimat itu
harusnya dihapuskan sakit untuk jatuh cinta bahkan terlalu perih untuk
merasakannya. Jika bisa memilih diri ini ingin sekali jatuh cinta tapi tak
jatuh melainkan bangkit, bangkit untuk mengagapai cinta itu, dan sebaliknya
gapaian itu akan dirapih. Tapi,
kenyataan nya diri ini jatuh, jatuh dan akan terus jatuh tanpa dibangkitkan.
Jatuh cinta ? Menyakitkan."
"Satu-saatunya yang bisa dilakukan sekarang adalah keluardari hidupnya. Diri ini tidak akan melupakannya, tapi perasaan ini harus melupakannya walalupun sulit dan harus menghabiskan sisa hidup ini untuk melakukannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar